Jumat, 12 April 2013

Asal-usul Nama Ngawi

-Sejarah Kota Ngawi 

 Nama ngawi berasal dari “awi” atau “bambu” yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “ng” menjadi “ngawi”. Apabila diperhatikan, di Indonesia khususnya jawa, banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan flora, seperti : Ciawi, Waringin Pitu, Pelem, Pakis, Manggis dan lain-lain. Demikian pula halnya dengan ngawi yang berasal dari “awi” menunjukkan suatu tempat yaitu sekitar pinggir ”Bengawan Solo” dan ”Bengawan Madiun” yang banyak tumbuh pohon “awi”. Tumbuhan “awi” atau “bambu” mempunyai arti yang sangat bernilai, yaitu : Nah sekarang Teman-teman tentu kalian semua sudah kan kota Ngawi, Nah sekarang akan saya kasi tau objek wisata apa saja yang ada Di Kota Ngawi,,,, Berikut adalah beberapa objek wisata yang ada di kota Ngawi: 1. KEBUN TEH JAMUS Perkebunan ini terletak di lereng Gunung Lawu, tepatnya di desa Girikerto, Kecamatan Sine. Selain tempatnya berhawa sejuk, di lokasi ini juga terdapat beberapa tempat unik dan bersejarah. Lokasinya yang terletak dilerang gunung, mata pengunjung akan dimanjakan oleh indahnya alam sekelilingnya. Di lokasi ini juga terdapat sumber mata air yang dinamakan Sumber Lanang, yang menurut masyarakat sekitar dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan membuat awet muda. Sebelum memasuki kawasan perkebunan jamus, para pengunjung akan banyak ditemui lahan yang hijau dan pohon-pohon yang besar serta rindang. Perkebunan Teh Jamus adalah merupakan agrowisata yang berwawasan lingkungan hidup, sudah dimulai pada sejak tahun 1993. Dan meraih penghargaan tingkat nasional nominasi Kalpataru tahun 2004 kategori Pembina Lingkungan Hidup pada peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 05 Juni 2004 di Istana Negara Jakarta. Sebagai daya tarik lainnya, di sekitar obyek wisata ini terdapat beberapa tempat menarik diantaranya Air Terjun Grojogan Songo Tuk Pakel, Makam tua pendiri Kebun Teh Jamus Van Der Rappart asal Belanda, Borobudor Hill yang berupa bukit setinggi 35,4 meter.

Air Terjun Pengantin

   
      Air Terjun Pengantin Hargomulyo Ngrambe. Anda suka dengan suasana sejuk di pegunungan, bagi anda yang biasa menjadikan pegunungan menjadi tempat tujuan wisata menikmati akhir pekan, seperti Telaga Sarangan di Magetan Jawa Timur, Kali Urang di Yogyakarta, maupun kota Batu Malang Jawa Timur, mungkin mulai saat ini anda tidak perlu jauh untuk merasakan suasana yang sama. Air Terjun Pengantin Hargomulyo Ngrambe di Kota Kripik Tempe Ngawi menyuguhkan kenikmatan yang tak kalah menawan.
Mungkin bagi anda yang baru pertama kali mendengar Air Terjun Pengantin, tentu bertanya-tanya? Mengapa Pengantin? Yaach, keunikan air terjun ini terdiri dari dua buah air terjun yang berdampingan, layaknya pengantin. Air Terjun Pengantin memiliki ketinggian kira-kira 12 m, dan sumber airnya sangat jernih. Keunikan lain adalah untuk menikmatinya, anda harus menuruni lembah dan baru dapat melihat keindahan sepasang air terjun.
Bagi anda yang masih pacaran dan akan segera menikah dapat mengunjungi air Terjun Pengantin agar semakin dekat dengan pernikahan, dan bagi anda yang sudah menikah akan semakin mesra dan harmonis dalam berumah tangga. Dan bahkan bagi mau mencari jodoh, tentu dapat menyegarkan pandangan untuk datang ke sini. “Air Terjun Pengantin sangat indah dan unik, dan menarik untuk dikunjungi”, ungkap Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulistyono.
     Air Terjun Pengantin menawarkan keindahan yang berbeda dari air terjun lainnya. Yaachh, air terjun Pengantin masih benar-benar alami alias masih perawan, nuansa sejuk dan dinginnya serta gemricik airnya sangat menakjubkan. Anda bisa mandi dan berenang di bawah air terjun ini dan tentunya penuh kesegaran. Anda juga dapat menikmati suasana hutan yang masih alami tentunya dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun ini.

Air Terjun Pengantin Hargomulyo Ngrambe
Tentu tidak lengkap rasanya jika anda tidak mencicipi panorama alam ini. Anda yang tinggal di wilayah Ngawi dapat melalui rute Ngawi – Paron – Jogorogo – Ngrambe untuk mencapai Air Terjun Pengantin, kira-kira 25 km dari kota Ngawi. Sedangkan dari arah Magetan dapat melewati Panekan – Kendal – Jogorogo – Ngrambe. Bagi anda yang tinggal di wilayah Madiun dapat melewati Glodok – Kendal – Jogorogo – Ngrambe.
    Sejuknya alam Air Terjun Pengantin mungkin tak terlupakan begitu saja, bagi yang sudah mencicipi keindahannya. Benar-benar masih alami dan belum tersentuh pengembangan, terletak tak jauh dari pemukiman warga. Untuk mencapainya pun masih dengan menuruni jalan setapak yang dibuat oleh warga.
Keunikan yang membedakan Air Terjun Pengantin dengan air terjun lain adalah jumlahnya yang sepasang seperti pengantin dan untuk mencapai air terjun harus menuruni lembah.Untuk semakin memanjakan pengunjung, ke depan Pemkab Ngawi akan mengembangkan kawasan wisata ini dengan pembangunan akses jalan, pusat cinderamata dan oleh-oleh, kafetaria, area istirahat, home stay serta  flying fox. Selain sebagai obyek wisata, air terjun Pengantin juga menyimpan potensi sumber daya energy yang dapat dimanfaatkan untuk sumber daya energy listrik micro hidro.Bagi anda masih bertanya-tanya keindahan air terjun ini, jangan biarkan rasa penasaran anda berkecamuk, datang dan nikmati saja Air Terjun Pengantin. Yacch, tentu tidak lengkap rasanya jika hanya menikmati keaslian alam Air terjun Pengantin.
Ibarat sambil menyelam minum susu, mencicipi air Terjun Pengantin, anda juga dapat menikmati legitnya durian dan rambutan serta aneka buah lain, karena daerah Hargomulyo kaya akan buah ini. Selain itu anda dapat melanjutkan menikmati obyek wisata lain di lereng Gunung Lawu, ada air terjun Suwono, air Terjun Srambang, air hangat Ketanggung serta kebun Teh Jamus yang juga menyuguhkan keindahan alam nan asri.
Jadi tunggu apa lagi, berangkat dan cicipi keperawanan Air Terjun Pengantin di Hargomulyo Ngrambe, Ngawi.

Museum Trinil

    Situs Museum Trinil dalam penelitian merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu. Situs Trinil ini amat penting sebab di situs ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.
   Museum Trinil terletak di Jalan Raya Solo – Surabaya, Pedukuhan Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, kurang lebih 13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi, dan untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan. Sayang sekali di jalan arteri yang bisa menjadi petunjuk utama, tidak ada satupun patokan yang bisa mengarahkan kita ke Museum tersebut. Kalau bertanya sama seseorang hanya dijawab, “ Pokoknya belok ke gang yang ada gapura hitamnya,”. Akhirnya setelah bertanya selama dua kali, sampailah kami di lokasi museum.
    Pintu gerbang museum yang sangat sederhana terlihat setelah masuk ke dalam 1 km dari jalan raya utama, kemudian kami melapor ke pos penjaga untuk membayar tiket masuk. Memang luar biasa murah kalau boleh dikatakan, bayangkan untuk melihat peradaban jutaan tahun yang lalu hanya dikenakan biaya masuk seribu rupiah per orang. Ketika masuk ke lokasi parkir, kesan pertama yang timbul adalah bahwa museum ini kurang optimal perawatannya, terutama dalam hal fasilitas dan kebersihan.
Masuk ke dalam museum kami mendapati ruangan yang dipenuhi dengan tulang-tulang manusia purba. Diantaranya adalah : fosil tengkorak manusia purba ( Phitecantropus Erectus Cranium Karang Tengah Ngawi ), fosil tengkorak manusia purba (Pithecantropus Erectus Cranium Trinil Area), fosil tulng rahang bawah macan (Felis Tigris Mandi Bula Trinil Area), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper Molar Trinil Area), fosil tulang paha manusia purba (Phitecantropus Erectus Femur Trinil Area), fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau Horn Trinil Area), fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus Horn Trinil Area) dan fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil Area).
    Disamping itu masih ada beberapa fosil tengkorak : Australopithecus Afrinacus Cranium Taung Bostwana Afrika Selatan, Homo Neanderthalensis Cranium Neander Dusseldorf Jerman dan Homo Sapiens Cranium. Selain fosil-fosil tengkorak yang tersebut hal yang menarik lainnya adalah, adanya sebuah tugu tempat penemuan manusia purba. Dulu tak banyak orang tahu akan makna tugu itu, bahkan kemungkinan besar bisa rusak kalau tidak dpelihara oleh seorang sukarelawan.
Wirodihardjo atau Wiro balung alias Sapari dari Kelurahan Kawu adalah seorang sukarelawan yang menyadari bahwa tugu itu mempunyai makna yang besar dan sangat berguna bagi penelitian selanjutnya. Wajar ia berpendapat begitu, karena ia telah menyaksikan ekspedisi atau penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan setelah penggalian yang dilakukan E.Dubois dan Salenka. Orang asing atau mahasiswa datang silih berganti untuk melakukan ekspedisi yang tentunya dengan biaya yang mahal. Oleh karena itu, sebagai putra daerah tersebut, ia merasa ikut bertanggungjawab atas kelestarian tempat itu.
Kehadiran Wirodiharjo di Trinil sangat berarti, karena beliau menjadi tempat untuk bertanya para pengunjung tentang fosil di Trinil. Walaupun tempat tersebut terkenal sebagai daerah fosil, namun kenyataan waktu itu tidak satupun fosil yang ada di Trinil. Untuk itulah ia mengumpulkan setiap fosil yang ditemukan di sungai Bengawan Solo. Selain itu Pak Wiro juga mendapat laporan dari penduduk sekitar bahwa mereka menemukan fosil. Dari hari ke hari fosil yang dikumpulkan dari tiga desa ; sebelah barat Desa Kawu, sebelah utara Desa Gemarang dan sebelah timur Desa Ngancar bertambah banyak, atas tinjauan Kepala Seksi Kebudayaan Depdikbud Ngawi waktu itu ( Pak Mukiyo ) ia mendapat bantuan tiga buah almari untuk menyimpan fosil-fosil tersebut. Sejak saat itulah Pak Wirodiharjo terkenal dengan sebutan Wiro Balung yang berarti Pak Wiro yang suka mengumpulkan balung-balung ( tulang ).
Dan selanjutnya pada tahun 1980/1981 Pemerintah daerah setempat mendirikan museum untuk menampung fosil-fosil tersebut yang diresmikan oleh Bapak Gubernur Jatim “Soelarso” pada tanggal 20 Nopember 1991. Namun sayang Wiro Balung sudah tiada sejak 1 April 1990 dan keahlian beliau diteruskan oleh anaknya Mas Sujono ( 37 ) yang sekarang menjad juru kunci Museum Trinil. Selain dari diorama yang ada, Mas Sujono juga banyak memberikan keterangan tambahan kepada kami.
Diantara tambahan keterangan Mas Sujono yang sangat penting adalah,”Bahwasannya Trinil merupakan daerah padang savanna pada masa lampau. Kenapa ? karena adanya manusia, banteng, gajah dan hewan-hewan yang lain yang tumbuh di satu area. Hal ini cukup menunjukkan kalau dulu daerah ini adalah savanna. Namun kemudian setelah adanya letusan Gunung Lawu yang berturut-turut hancurlah peradaban yang ada di Trinil dan sekitarnya,” kata Mas Sujono dengan mimik serius. Dengan melihat Museum Trinil suatu kearifan dapat kita tarik dari berbagai temuan para ilmuwan tentang manusia purba. Adalah suatu kenyataan bahwa dibalik keanekaragaman wujud kehidupan kita dewasa ini, sesungguhnya ada kesamaan asal-usul kita seluruhnya sebagai manusia.(AMGD)


Air Terjun "SRAMBANG"


2. Air Terjun "SRAMBANG"


 Objek wisata Air Terjun Srambang sudah sangat dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Ngawi, Madiun,Magetan  dan sekitarnya.

Air Terjun Srambang terletak di lereng Gunung Lawu, di Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Objek tersebut berada di tengah hutan pinus yang dikelola Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds, tepatnya di RPH Manyol, BKPH Lawu Utara. Sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Ngawi.

Untuk menuju Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, tidaklah sulit. Daerah tersebut dapat ditempuh dari dua arah. Yakni Madiun-Ngawi-Jogorogo atau bisa juga dari Sragen, Jawa Tengah-Ngawi-Jogorogo. Hal ini karena memang Gunung Lawu merupakan daerah perbatasan Provinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah.

Hingga daerah Kecamatan Jogorogo, perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, karena jalan telah beraspal. Setelah itu, untuk sampai di lokasi air terjun, para wisatawan harus melalui jalan desa yang aspalnya belum sehalus jalan utama.
Meski demikian, selama berjalan tersebut, para wisatawan akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan tentang hijaunya pepohonan lereng gunung yang indah serta segarnya udara pegunungan yang masih alami.

Sesekali langkah kaki wisatawan akan terputus dengan aliran sungai kecil, sehingga harus meloncat dari satu batu ke batu lainnya agar tidak basah. Namun, banyak wisatawan yang justru bermain-main di sungai kecil tersebut, hanya karena tak sabar ingin merasakan kesejukan air di wilayah pegunungan tersebut.

Perjalanan menuju air terjun dari pos retribusi diperkirakan membutuhkan waktu setengah jam hingga satu jam lamanya. Cukup melelahkan memang. Namun, rasa lelah tersebut akan segera hilang manakala tubuh terkena percikan kesejukan air pegunungan.

Air Terjun Srambang memiliki ketinggian air sekitar 25 meter dengan kedalaman kolam sekitar 1 meter. Guyuran air dari Air Terjun Srambang memang sangat terasa dingin dan menyegarkan. Terlebih, setelah tubuh terasa penat sehabis menempuh perjalanan berat penuh tanjakan sebelumnya. Tak ayal, banyak wisatawan yang mandi di bawah guyuran air terjun tersebut.

Nah seru bukan Air Terjun Srambang,, Kalian tertarik buruan kunjungi air terjun Srambang....

Kebun Teh"JAMUS"


1. Kebun Teh "JAMUS"


 Perkebunan ini terletak di lereng Gunung Lawu, tepatnya di desa Girikerto, Kecamatan Sine. Selain tempatnya berhawa sejuk, di lokasi ini juga terdapat beberapa tempat unik dan bersejarah. Lokasinya yang terletak dilerang gunung, mata pengunjung akan dimanjakan oleh indahnya alam sekelilingnya. Di lokasi ini juga terdapat sumber mata air yang dinamakan Sumber Lanang, yang menurut masyarakat sekitar dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan membuat awet muda. Sebelum memasuki kawasan perkebunan jamus, para pengunjung akan banyak ditemui lahan yang hijau dan pohon-pohon yang besar serta rindang.
Perkebunan Teh Jamus adalah merupakan agrowisata yang berwawasan lingkungan hidup,  sudah dimulai pada sejak tahun 1993. Dan meraih penghargaan tingkat nasional nominasi Kalpataru tahun 2004 kategori Pembina Lingkungan Hidup pada peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 05 Juni 2004 di Istana Negara Jakarta. 
Sebagai daya tarik lainnya, di sekitar obyek wisata ini terdapat beberapa tempat menarik diantaranya Air Terjun Grojogan Songo Tuk Pakel, Makam tua pendiri Kebun Teh Jamus Van Der Rappart asal Belanda, Borobudor Hill yang berupa bukit setinggi 35,4 meter.